Gaji 1500 Untuk Pekerjaan Seumur Hidup
Dahulu, keluarga kami merupakan keluarga yang sempurna. semua anggota keluarga hidup bersama, berdampingan mendukung satu dan lainya. semua memiliki peran masing-masing dan saling membantu. gambaran yang mudah dan sederhana, Ayahku bekerja di sawah, ibu memasak dan bekerja, aku mencuci piring, dan kakak laki-lakiku mencuci pakaian keluarga.
Namun semua itu adalah masa lalu, disaat saya berada di sekolah dasar. Jika dulu kakak saya rajin dan bisa diandalkan, maka sekarang semua itu sudah berubah. Masih terlalu baik sebenarnya jika aku mengatakan bahwa dia sepanjang hari selalu tertidur dari pagi hingga malam, dan hanya bangun untuk makan. Hahaha... sungguh saya lebih suka jika dia seperti itu. Oh, Seandainya....... !!!
Entah sejak kapan perubahan itu bermula. Tapi kisah yang akan aku ceritakan hari ini, mungkin adalah salah satu cerita awal dari perubahan itu dimulai.
Saya pikir, karena kebiasaan kakaku yang tak pernah diberikan Kewajiban melakukan sesuatu itulah, yang membuat dia kini sangat menjengkelkan.
Sampai beberapa Bulan Kebelakang:
Kakak Laki-lakiku punya sebuah lemari yang sangat besar dimana di dalamnya berisi banyak sekali baju-baju dan celana. Ketika dia menggunakannya pakaianya, baju kotor itu hanya akan dia letakan di atas kasurnya tak pernah ia cuci sampai akhirnya menumpuk tak karuan. Ketika dia Kehabisan pakaian, baru dia akan mencucinya tentu dalam waktu yang terbilang cukup lama.
1 Hari direndam.
1 Hari Rendamannya dianggurin.
1 Hari dibentak Ibuku.
1 Hari Di cuci dan jemur.
1 Hari Ditumpuk dikasur.
1 Hari di anggurin.
1 Hari Di bentak Ibu.
1 hari di masukin di dalam lemari.
Sejujurnya Bisa dibilang itu bukanlah urutan yang baku. di dunia nyata kadang memang tak seperti itu urutan yang terjadi. Yang jelas, apa yang ingin ku katakan adalah dia dan pakaian kotornya sungguh menjengkelkan.
Saat Ini :
Sekitar Seminggu yang lalu, kakakku baru saja mencuci pakaian-pakaian kotornya setelah ibu mengatakan di tengah sakit stroke nya. bahwa pakaian kotor kakakku menjadi beban dan menambah pikiranya. Sehingga Beliau Bertambah Sakit.
Baca Juga :
Daftar Isi Blog
Beri Artikel ini Plus 1 :
Namun semua itu adalah masa lalu, disaat saya berada di sekolah dasar. Jika dulu kakak saya rajin dan bisa diandalkan, maka sekarang semua itu sudah berubah. Masih terlalu baik sebenarnya jika aku mengatakan bahwa dia sepanjang hari selalu tertidur dari pagi hingga malam, dan hanya bangun untuk makan. Hahaha... sungguh saya lebih suka jika dia seperti itu. Oh, Seandainya....... !!!
Entah sejak kapan perubahan itu bermula. Tapi kisah yang akan aku ceritakan hari ini, mungkin adalah salah satu cerita awal dari perubahan itu dimulai.
Seribu Limaratus Untuk pekerjaan seumur Hidup
Aku masih terlalu muda saat itu, bahkan untuk mencuci piring-piring kotor pun merupakan hal yang berat. Tak jarang akhirnya dalam pekerjaan tersebut aku bahkan tak memiliki cukup tenaga untuk benar-benar membersihkan piring kotor itu dengan baik. Nasi-nasi kering yang menempel di dalam piring kadang terlewat ku bersihkan. Di dalam pikiran yang masih muda itu, hanya selalu terbesit kalimat dari ibuku yang sibuk pergi ke sawah "Gak papa, cuci-cuci aja. Gak bersih juga tidak apa-apa".
Kakak ku sendiri kurang lebih berada pada jalur komando yang sama. Di dalam melakukan pekerjaannya mencuci pakaian keluarga. Dia juga diwanti-wanti oleh ibuku, untuk asal cuci, bersih dan tidaknya pakain tersebut itu bukanlah masalah. Bukan jorok atau hal semacamnya. Hanya saja ibuku terlalu sibuk dengan urusan keluarga. Bangun dipagi hari pukul 3 pagi. Berangkat ke sawah jam 6 Pagi. lalu pulang kembali menjelang sore.
***
Aku sangat ingat itu adalah sebuah hari minggu. Aku dan kakakku sedang duduk-duduk di kasur sambil menonton TV. hingga sebuah percakapan diantara kami berlangsung disana :
"Cuciin baju Ibu, din" kata kakaku memulai pembicaraan.
"ih... Gak Mau" jawabku.
"Satu aja satu... sana cuciin"
"Gak mau lah.... Gak bisa"
"Ya elah, tinggal gosok-gosok aja"
Sepanjang pembicaraan tersebut aku selalu menolak. karena aku memang tidak bisa mencuci baju. Belum Pernah sama sekali. Serta sebenarnya terlalu berat tenaga yang diperlukan untuk melakukanya, karena sungguh aku masih teramat kecil. namun kakak ku tetap saja memaksa.
"Saya bayar deh... satu potongnya 100 Rupiah"
Aku tertarik saat itu. Meski aku terus mengatakan aku tak bisa mencuci, kakak ku tetap saja membujukku. sampai akhirnya diputuskan aku mau, asal diajarkan cara melakukannya.
Matahari bersinar terik hari itu, dan jemuran pun telah kering dari gantungannya. Ibu pulang Sekitar pukul 5 sore, dan merasakan ada yang aneh dengan baju hasil cucian ku. Masih kurang bersih, sehingga badan ibuku gatal-gatal mengenakanya. Dia sering memberikan uang tambahan pada kakaku agar mau mencuci baju keluarga. dan karena hari ini pekerjaan kakaku kurang baik maka ibuku menegurnya.
Hari itupun ibu ku tahu, bahwa Bukan Kakak ku tapi ternyata aku lah yang mencuci bajunya
***
Beberapa hari berikutnya, memang ibu tetap menyuruh kakakku lah yang mencuci baju keluarga, dan aku masih tetap berada pada piring-piring kotorku. namun ternyata hal itu hanya sesaat. tiba suatu masa dimana ibu merasakan bahwa sayang jika harus mengeluarkan uang tambahan untuk menyuap kakakku agar dia mau mencuci baju keluarga. Lebih Praktis,dengan menyuruhku melakukan pekerjaan tersebut. Meski dengan resiko cucian yang tak terlalu bersih.
Dan Pekerjaan-pekerjaan itu, masih aku kerjakan sampai hari ini setiap aku berada di rumah.
Aku masih terlalu muda saat itu, bahkan untuk mencuci piring-piring kotor pun merupakan hal yang berat. Tak jarang akhirnya dalam pekerjaan tersebut aku bahkan tak memiliki cukup tenaga untuk benar-benar membersihkan piring kotor itu dengan baik. Nasi-nasi kering yang menempel di dalam piring kadang terlewat ku bersihkan. Di dalam pikiran yang masih muda itu, hanya selalu terbesit kalimat dari ibuku yang sibuk pergi ke sawah "Gak papa, cuci-cuci aja. Gak bersih juga tidak apa-apa".
Kakak ku sendiri kurang lebih berada pada jalur komando yang sama. Di dalam melakukan pekerjaannya mencuci pakaian keluarga. Dia juga diwanti-wanti oleh ibuku, untuk asal cuci, bersih dan tidaknya pakain tersebut itu bukanlah masalah. Bukan jorok atau hal semacamnya. Hanya saja ibuku terlalu sibuk dengan urusan keluarga. Bangun dipagi hari pukul 3 pagi. Berangkat ke sawah jam 6 Pagi. lalu pulang kembali menjelang sore.
***
Aku sangat ingat itu adalah sebuah hari minggu. Aku dan kakakku sedang duduk-duduk di kasur sambil menonton TV. hingga sebuah percakapan diantara kami berlangsung disana :
"Cuciin baju Ibu, din" kata kakaku memulai pembicaraan.
"ih... Gak Mau" jawabku.
"Satu aja satu... sana cuciin"
"Gak mau lah.... Gak bisa"
"Ya elah, tinggal gosok-gosok aja"
Sepanjang pembicaraan tersebut aku selalu menolak. karena aku memang tidak bisa mencuci baju. Belum Pernah sama sekali. Serta sebenarnya terlalu berat tenaga yang diperlukan untuk melakukanya, karena sungguh aku masih teramat kecil. namun kakak ku tetap saja memaksa.
"Saya bayar deh... satu potongnya 100 Rupiah"
Aku tertarik saat itu. Meski aku terus mengatakan aku tak bisa mencuci, kakak ku tetap saja membujukku. sampai akhirnya diputuskan aku mau, asal diajarkan cara melakukannya.
Matahari bersinar terik hari itu, dan jemuran pun telah kering dari gantungannya. Ibu pulang Sekitar pukul 5 sore, dan merasakan ada yang aneh dengan baju hasil cucian ku. Masih kurang bersih, sehingga badan ibuku gatal-gatal mengenakanya. Dia sering memberikan uang tambahan pada kakaku agar mau mencuci baju keluarga. dan karena hari ini pekerjaan kakaku kurang baik maka ibuku menegurnya.
Hari itupun ibu ku tahu, bahwa Bukan Kakak ku tapi ternyata aku lah yang mencuci bajunya
***
Beberapa hari berikutnya, memang ibu tetap menyuruh kakakku lah yang mencuci baju keluarga, dan aku masih tetap berada pada piring-piring kotorku. namun ternyata hal itu hanya sesaat. tiba suatu masa dimana ibu merasakan bahwa sayang jika harus mengeluarkan uang tambahan untuk menyuap kakakku agar dia mau mencuci baju keluarga. Lebih Praktis,dengan menyuruhku melakukan pekerjaan tersebut. Meski dengan resiko cucian yang tak terlalu bersih.
Dan Pekerjaan-pekerjaan itu, masih aku kerjakan sampai hari ini setiap aku berada di rumah.
Saya pikir, karena kebiasaan kakaku yang tak pernah diberikan Kewajiban melakukan sesuatu itulah, yang membuat dia kini sangat menjengkelkan.
Sampai beberapa Bulan Kebelakang:
Kakak Laki-lakiku punya sebuah lemari yang sangat besar dimana di dalamnya berisi banyak sekali baju-baju dan celana. Ketika dia menggunakannya pakaianya, baju kotor itu hanya akan dia letakan di atas kasurnya tak pernah ia cuci sampai akhirnya menumpuk tak karuan. Ketika dia Kehabisan pakaian, baru dia akan mencucinya tentu dalam waktu yang terbilang cukup lama.
1 Hari direndam.
1 Hari Rendamannya dianggurin.
1 Hari dibentak Ibuku.
1 Hari Di cuci dan jemur.
1 Hari Ditumpuk dikasur.
1 Hari di anggurin.
1 Hari Di bentak Ibu.
1 hari di masukin di dalam lemari.
Sejujurnya Bisa dibilang itu bukanlah urutan yang baku. di dunia nyata kadang memang tak seperti itu urutan yang terjadi. Yang jelas, apa yang ingin ku katakan adalah dia dan pakaian kotornya sungguh menjengkelkan.
Saat Ini :
Sekitar Seminggu yang lalu, kakakku baru saja mencuci pakaian-pakaian kotornya setelah ibu mengatakan di tengah sakit stroke nya. bahwa pakaian kotor kakakku menjadi beban dan menambah pikiranya. Sehingga Beliau Bertambah Sakit.
Baca Juga :
Daftar Isi Blog
11:39
|
Labels:
Keluarga
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment